Catatan yang ada, telah sudah ada 4.300 konsep Tuhan di sepanjang sejarah umat manusia. Tuhan “lahir” di satu komunitas lalu mati bersama sejarah silih berganti, saling mempengaruhi, menambah dan mengurangi sesuai dengan kecenderungan masyarakat saat itu.
Kini, hampir 2500 tahun, manusia mulai menetap pada satu tuhan yang satu, monoteisme. Membuang tuhan-tuhan lain dalam jurang sudut sejarah dan terlupakan. Tuhan yang satu itu lebih superior dari Tuhan yang banyak, kemanunggalan Tuhan dianggap yang paling cocok dengan akal sehat manusia.
Tuhan yang banyak atau setidaknya lebih dari satu selain menimbulkan konflik dalam konsepsinya juga menyebabkan kerumitan bagi penyembahnya. Banyak persembahan yang harus di siapkan oleh manusia. Hingga agama-agama moneteis menggeser mereka dan mengutuknya sebagai berhala semata.
Tuhan yang satu itu di kenal atau memperkenalkan diriNya terhadap umat manusia. Selalu saja ada manusia yang di yakini menjadi pembawa misi dari Tuhan yang satu itu. Tidak ada yang bisa memverifikasi keberadaannya bahkan boleh jadi akhirnya dilarang untuk bertanya seperti itu, Tuhan itu suci dari segala anggapan manusia yang profan.
Diawal, Tuhan berusaha memperkenalkan dirinya. Pembawa misinya kerap mendapat umpatan dan halangan. Begitu sulit Tuhan menembus akal Budi manusia yang menjadi ciptaannya. Butuh banyak peperangan, mukzizat, agar manusia tunduk padaNya. Akal Budi yang mulanya adalah ciptaanya kini Tuhan pun tak mampu serta Merta membuatnya yakin akan keberadaanya. Telah pun juga mengakui keberadaanya, rupa-rupanya manusia masih juga membangkang. Kemahakuasaanya tidak berarti bagi manusia yang pendosa. Tuhan tidak kuasa membuat semua manusia untuk memujanya. Sebagian manusia ternyata memilih untuk meninggalkannya dan menganggapnya sebagai pelarian.
Untuk itu, Tuhan telah menciptakan neraka. Bagi para pembangkang itu, sebuah telaga yang berbahan api membara, serupa lava yang dihembuskan gunung berapi. Menurut kisah, api itu lebih panas lagi, sebuah panas yang tak terbayangkan oleh manusia fana. Telaga itu akan melahap manusia-manusia pembangkang tadi, meleburnya bersama api. Bukan hanya manusia dengan akal Budi yang membangkang, saudara manusia sesama ciptaanNya, jin dan iblis juga itu didalamnya, mendidih bersama api.
Itulah akhir manusia pembangkang. Yang akal budinya menjadi hijab keberadaanya. Menjadi dinding bagi perintahNya.
Akan tetapi bukankah pembangkangan itu adalah juga kehendakNya ? Atau apakah kuasanya lumpuh di hadapan hati yang bebal ?. Semua yang terjadi adalah atas izinNya. Tidak ada sekecil biji zara pun yang terjadi diluar kehendaknya. Ia maha kuasa. Jadi pembangkangan itu juga bagian dari kuasanya. Bukankah harus begitu adanya agar nampak serasi dan adil.
Manusia tidak berdaya dihadapan maha kuasa. Ia bagian pion di budak catur yang terbelah. Ada yang berjalan di sisi penuh kebaikan dan ada pula yang berjalan disisi yang penuh dengan kegelapan dan dosa. Keduanya adalah kehendakNya. Begitulah yang terjadi di semesta ini, semua atas kehendaknya. Dari hati yang berbentuk seonggok daging hingga hati yang merasakan kepiluan, nafsu dan kehendak adalah kepunyaanNya.
Lalu manusia yang lain pun bertanya. Manakah Tuhan yang adil itu. Yang tidak memilih kasih kepada siapa dan etnis apa saja agamanya di turunkan. Pernahkah Tuhan itu menengok ciptaannya di pulau-pulau terpencil lautan Pasifik dengan mengirimkan Wahyu agar mereka beriman. Menyampaikan Wahyu pada orang-orang sentinel agar mereka menjadi lebih manusiawi.
Sampai kini mereka mereka. Suku sentinel tidak mengenal kitab suci. Tidak mengenal agama samawi. Tidak mengenal Ibrahim. Tidak mengenal –manusia diluar Komune mereka. Tampaknya Tuhan belum kesana. Tidakkah Tuhan iba pada keterbelakangan mereka.
Jika Tuhan iba dan itu cukup adil maka seluruh komunitas mesti memiliki nabinya sendiri dengan bahasanya sendiri. Agar tidak kesulitan menerjemahkan dan menafsirkan jalan pedoman kebenaran dari kitab suciNya.
Harusnya Tuhan itu tidak membuat kita menjadi pendosa. Setidak-tidaknya melarang akal Budi manusia untuk menjadi pembangkang. Fitrah yang kuat dan mampu melindungi manusia dari dosa. Tuhan yang adil pada semua manusia.
Tetapi apakah pantas manusia menuntut keadilan atas Tuhan ?